KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, karya ilmiah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepribadian Anak, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Semester II, Universitas PGRI Yogyakarta yang
berjudul “Psikoanalisis (Sigmund Freud)”.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Marsudi, S.Pd. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami.
2.
Orang tua, keluarga, serta teman-teman kami tercinta yang
banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun
spiritual.
Kami sadar, dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Yogyakarta, Maret
2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Biografi
Tokoh................................................................................... 3
B.
Pengertian Psikoanalisis..................................................................... 5
C.
Tingkat Kehidupan Mental................................................................ 4
D.
Wilayah Pikiran.................................................................................. 7
E.
Dinamika Kepribadian..................................................................... 10
F.
Cara-Cara Bertahan.......................................................................... 13
G.
Bentuk-Bentuk Pertahanan.............................................................. 14
H.
Tahap-Tahap Perkembangan............................................................ 18
I.
Kritik terhadap Teori Sigmund Freud.............................................. 24
J. Aspek-Aspek
Positif........................................................................ 26
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................... 28
A. Kesimpulan......................................................................................
28
B. Saran................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pada abad ke-21 ini terdapat empat
psikologi yang menonjol, salah satu diantaranya yaitu psikoanalisis.
Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh para tokohnya yaitu Freud,
Jung, dan Lacan, yang benar-benar
menguasai baik psikologi dan psikiatri.
Psikoanalisis dianggap sebagai salah
satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode
penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi
baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah
laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tidak sadar, sehingga
Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran
manusia.
B. Rumusan
Masalah
1.
Siapa
tokoh Psikoanalisis?
2.
Apa yang dimaksud dengan psikoanalisis?
3.
Bagaimana
tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud?
4.
Bagaimana
pembagian wilayah pikiran menurut Sigmund Freud?
5.
Bagaimana
dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud?
6.
Bagaimana
cara bertahan
menurut Sigmund Freud?
7.
Apa
bentuk-bentuk pertahanan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud?
8.
Apa
saja tahap perkembangan menurut Sigmund Freud?
9.
Bagaimana
tanggapan terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
10.
Apa saja aspek positif dari teori
Sigmund Freud
C.Tujuan
1.
Untuk menjelaskan tentang tokoh Psikoanalisis.
2.
Untuk menjelaskan pengertian psikoanalisis.
3.
Untuk menjelaskan tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud.
4.
Untuk menjelaskan pembagian wilayah pikiran menurut Sigmund Freud.
5.
Untuk menjelaskan dinamika kehidupan menurut Sigmund Freud.
6.
Untuk menjelaskan tentang cara pertahanan diri menurut Freud.
7.
Untuk menjelaskan bentuk-bentuk pertahanan yang dikemukakan oleh Freud.
8.
Untuk menjelaskan tahap perkembangan menurut Freud.
9.
Untuk menjelaskan tanggapan terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud.
10.
Untuk menjelaskan aspek positif dari
teori Sigmund Freud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sigmund Freud
Sigmund Freud
yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6
Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey
dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa
Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga
laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah
yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya
terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun demikian
orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas
intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan
dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang
mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya
muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam
psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan
mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman tentang
dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif.
Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan
karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia
senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai
pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga
telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil
usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat
komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.
Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner
di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit
mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis
pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak
penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya
adalah:
1. The
Interpretation of dreams (1900),
2. The
Psichopathology of Everiday Life (1901),
3. General
Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917),
4. New
Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan
5. An Outline
of Psichoanalysis (1940).
Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum
seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya
dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G.
Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian
kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di
lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi
Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga
pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.
B.
Pengertian
Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di Wina,
Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam
disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya
psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik
penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis
menurut definisi modern yaitu:
1. Psikoanalisis
adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor
psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa,
2. Psikoanalisis
adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar),
3. Psikoanalisis
adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisis
dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992) yaitu:
1.
Teori mengenai
kepribadian & psikopatologi,
2.
Metode terapi untuk
gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu
yang tidak disadari.
Psikoanalisis
memiliki sebutan-sebutan lain yaitu:
1. Psikologi
dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak
dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran
dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam,
2. Psikodinamika,
karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada
hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar energi.
Adapun contoh
dari Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis
mimpi, mekanisme pertahanan diri.
C. Tingkat Kehidupan
Mental
Freud mengemukakan bahwa kehidupan
mental terbagi menjadi dua tingkat, alam
sadar dan alam tidak sadar. Alam
tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1.
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi
segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata
,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan
perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang
ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa
ia tertarik pada seorang wanita tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik
ketertarikannya, yang bisa
saja bersifat tidak rasional.
Freud
meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara
tidak langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang
ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip
tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi
adalah sumber yang
kaya akan materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman
masa kanak-kanak bisa
muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat
secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.
2.
Alam Bawah Sadar
Alam
bawah sadar (preconscious)
ini memuat semua elemen yang tidak
disadari, tetapi bisa muncul
dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,1933/1964).
Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu:
a.
Persepsi sadar (conscious perception)
Persepsi
dari seseorang,
secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar
selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat keluar
masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran
yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar
nyaris sama satu dengan lainnya.
b.
Gambaran-gambaran bawah
sadar adalah alam tidak sadar.
Freud
meyakini bahwa pikiran bisa
menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah sadar dalam
bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak kita sadari, karena ketika
kita menyadari bahwa gambaran itu datang
dari alam tidak sadar maka kita akan
merasa cemas, sehingga sensor akhir akan menekan gambaran itu dan
mengembalikannya ke alam
tidak sadar. Sedangkan ada beberapa gambaran yang masuk ke alam sadar karena dapat
bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk
pertahanan diri yang kuat.
3.
Alam
Sadar
Alam
sadar (conscious) didefinisikan
sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang
dapat dilalui oleh pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a. Melalui
system kesadaran perceptual (perceptual conscious), yaitu terbuka
pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang
stimulus dari luar.
b. Melalui
struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah
sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan
rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar,
maka gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk
perilaku-perilaku yang defensif
atau dalam bentuk mimpi.
D.
Wilayah
Pikiran (Id, Ego, dan Superego)
1. Id
Psikologi Freud bertitik
tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh dengan benda-benda. Diantara ada objek
yang sangat khusus yaitu organisme. Salah satu bagian terpenting dari suatu
organisme adalah sistem saraf yang memiliki karakter sangat peka terhadap apa
yang dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem syarafnya hanya sedikit lebih
baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Id adalah istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu”
atau “itu” (the it), atau komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian.
Id tak punya kontak dengan
dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara
memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi untuk memperoleh kepuasan dan
sekjalan dengan prinsip kesenangan. Sistem syaraf, sebagai id, bertugas
menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya motivasional yang disebut
sebagai insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Kebutuhan
yang menjadi keinginan disebut proses primer.
Contohnya
bayi yang baru lahir akan tetap mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting
susu, karena ia akan memperoleh kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak
mempunyai kontak dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari bahwa
sebenarnya dengan mengisap jempol tidak akan membantunya bertahan hidup
.
2. Ego
Ego
atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan
realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak, sedang
keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti. Di seputar alam sadar ini,
selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi, sebagian id berubah menjadi ego (aku). Ego menghubungkan organisme
dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari
objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk
merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses ini disebut proses
sekunder.
Tidak seperti id, ego berfungsi berdasarkan prinsip-prinsip
realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan
dalam kenyataan.
Contohnya, ego seorang wanita secara
sadar, memotivasinya untuk memilih
pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana
seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara bawah sadar) bahwa sebelumnya ia
pernah dipuji karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, barangkali
termotivasi secara tidak sadar untuk
berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan
licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan mental.
3. Superego
Dalam psikologi Freudian,
superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta
dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis
dan idealis yang berbeda dengan
prinsip kesenangan dari Id dan prinsip realistis dari ego.
Ketika ego berusaha membuat
id tetap senang, di sisi lain dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia
nyata. Segala objek dunia nyata yang menghalangi dan mendukungnya inilah yang
kemudian menjadi superego. Superego memiliki dua sisi:
1.
Nurani
merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan.
2.
Ego
ideal yaitu berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada
anak-anak.
Hubungan
antara id, ego, dan superego.
Hubungan antara Id, Ego dan Superego pada tiga individu
secara hipotesis:
1.
Pada
individu pertama, id mendominasi ego yang lemah dan superego yang plin-plan
sehingga ego tidak mampu menyeimbangkan antara gigihnya tuntutan id. Akibatnya
individu ini terus-menerus memuaskan kesenangannya tanpa memandang apa yang
mungkin atau layak.
2.
Individu
kedua, memiliki rasa bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah, akan
mengalami sederetan konflik karena ego tidak bias mengendalikan tuntutan antara
superego dan id yang saling bertentangan, tetapi sama kuat.
3.
Individu
ketiga, yang memiliki ego kuat dan mampu memenuhi tuntutan, baik dari id,maupun
superego sehingga secara psikologis mampu menenangkan kendali atas prinsip
kesenangan dan prinsip moralitas.
E. Dinamika
Kepribadian
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip
motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan
manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:
1.
Seks
Libido (hasrat seksual) adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada pasien-pasiennya, Freud menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan minum, dan juga kencing serta buang hajat juga memiliki pola yang sama. Konsekuensinya, ia menyimpulkan bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual juga.Freud juga tertarik pada perkembangan libido, yang ia lihat sebagai dorongan manusia yang paling dasar dan paling kuat. Ia percaya bahwa perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa tahap yang berbeda dan bisa dikenali.
Libido (hasrat seksual) adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada pasien-pasiennya, Freud menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan minum, dan juga kencing serta buang hajat juga memiliki pola yang sama. Konsekuensinya, ia menyimpulkan bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual juga.Freud juga tertarik pada perkembangan libido, yang ia lihat sebagai dorongan manusia yang paling dasar dan paling kuat. Ia percaya bahwa perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa tahap yang berbeda dan bisa dikenali.
Selama
bayi, ia melihat bahwa hasrat seksual terfokus di mulut, dan biasanya terwujud
dalam kegiatan menyedot. Ia menyebut ini sebagai tahap oral dalam perkembangan
hasrat seksual.Dalam tahap tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan anak, waktu
si anak belajar menggunakan kamar kecil, fokus dari kenikmatan erotis berpindah
ke fungsi rektal. Freud menamakan ini tahap anal.Kemudian, pada saat puber,
fokus berpindah pada organ seks, suatu periode perkembangan yang ia namakan
tahap phallic dalam kedewasaan hasrat seks.Dalam tahap berikut dari
perkembangan, dorongan libido berfokus pada orang tua yang berlawanan jenis dan
menambahkan warna erotis bagi pengalaman anak itu ke orang tuanya.
Ketidak-setujuan
orangtua pada dorongan seks yang tidak terkendali dipercaya oleh Freud akan
berlanjut pada perkembangan jiwa manusia yang terdiri dari tiga komponen: id,
ego dan superego. Id, insting-insting dan dorongan dasar (termasuk libido tapi
juga dorongan lain seperti agresif) memberikan energi fisik yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan.Ego, yang memiliki fungsi eksekutif, mengatur
pemenuhan hasrat seks dan hasrat lainnya setiap hari dalam cara yang diterima
dan bisa dilakukan di masyarakat. Superego adalah standar sosial dari perilaku
yang telah dipahami dan dipelajari, termasuk kesadaran akan perilaku yang
dilarang atau melanggar hukum.
Dalam
keadaan sadar, ada batas yang kuat memisahkan ketiga daerah ini, tapi waktu
tidur atau berfantasi, batas ini melemah, memungkinkan kebangkitan ekspresi
dari hasrat libido yang biasanya terkendali. Kesadaran akan dorongan dan
fantasi yang tidak terkendali bisa membuat seseorang merasa malu atau rasa
bersalah secara seksual. Freud percaya bahwa kepribadian seseorang terbentuk di
awal kehidupan dan ditentukan bagaimana dorongan dasarnya seperti libido
dipuaskan.
Kegagalan
untuk memuaskan dorongan ini berakibat pada perkembangan pribadi dan kesehatan
psikologis seseorang.Generasi berikut dari psikoanalis mempertanyakan karya
Freud tentang libido. Beberapa menekankan titik dimana Freud terlalu menekankan
perkembangan biologis dan kurang menekankan akibat dari faktor budaya dan
sosial dalam perilaku dan praktek seksual.
Carl
Jung, seorang psikiatris dan psikoanalis dari Swiss, menolak pandangan Freud
tentang libido dengan menolak pandangan bahwa pengalaman seksual waktu bayi
adalah penentu penting dalam masalah emosi orang dewasa. Jung membuat teori
lain tentang libido yang memandang keinginan untuk hidup dan bukan libido adalah
merupakan dorongan terkuat. Jung
menekankan perbedaan antara kepribadian introvert dan ekstrovert. Ekstrovert
adalah individu yang keinginannya mengarah kuat (tapi tidak semuanya) keluar ke
orang lain dan dunia sekelilingnya. Mereka merasa nyaman di keadaan sosial
dimana mereka berada dan sangat bisa berteman. Introvert adalah karakteristik
kebalikannya, termasuk mengarahkan perhatian terhadap proses diri dan
pikirannya. Mereka biasanya mengandalkan diri sendiri, introspektif, pemikir
dan biasanya tidak terlalu nyaman dalam kelompok sosial yang besar.
Jung
menggunakan istilah libido untuk menunjuk pada energi mental yang bertanggung
jawab untuk membuat dan menjaga intro/ekstrovert. Ia tidak percaya seseorang
adalah introvert atau ekstrovert, tapi adalah campuran dari keduanya dalam
berbagai tingkatan.Banyak ahli psikologis kontemporer memandang libido sebagai
potensi dasar manusia yang walau berakar pada biologi manusia (misalnya,
hormon) terbentuk karena budaya dan pengalaman.
Dengan
kata lain, dorongan dasar manusia untuk kegiatan reproduksi dan potensi
berdasar biologis untuk mendapatkan kenikmatan dari tindakan yang berhubungan
dengan kontak fisik (misalnya titik saraf di kulit dan membran mukosa) yang
dibentuk oleh pengalaman seseorang dalam pertumbuhannya dalam suatu keluarga
dan masyarakat. Bagaimana
motivasi seksual distrukturkan, dan melalui bagaimana dorongan seksual
dipuaskan, dan apakah tindakan tertentu dinamakan atau dihindari sebagai tidak
pantas, semuanya ditentukan oleh pengaruh sosial tersebut.
2.
Insting
Kehidupan Dan Insting Kematian
Freud berpendapat bahwa
seluruh perilaku manusia didorong oleh nafsu atau instingnya, dimana instingnya
merupakan representasi neurologis dari kebutuhan-kebutuhan fisik-biologis.
Freud mengemukakan insting
kehidupan mencakup:
1.
Kehidupan
individual, dengan mendorong seorang individu memenuhi kebutuhan makan dan
minum.
2.
Kehidupan
spesies, dengan mendorongnya untuk melakukan hubungan seks.
Freud menyakini dibalik
insting kehidupan terdapat insting kematian. Freud merujuk pada prinsip
nirwana. Prinsip ini merujuk pada ketiadaan, non-eksistensi, kekosongan yang
jadi tujuan hidup dalam filsafat orang-orang Budha. Bukti tentang adanya
insting kematian dan prinsip nirwana adalah saat kita benar-benar menginginkan
kedamaian, ketenangan, jauh dari segala bentuk dorongan dan rangsangan, yang
dapat dilihat dari tindakan kita meminum alkohol atau memakai narkoba.
3. Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan
terjepit dan terancam. Menurut Freud ada tiga jenis kecemasan:
1.
Kecemasan
realistik
Kecemasan jenis ini disebut
sebagai rasa takut. Contohnya: Ketika ada seorang yang melempar seekor ular
berbisa di depan kita, maka kita akan mengalami kecemasan realistik.
2.
Kecemasan
moral
Kecemasan
moral ini merupakan kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut
mendapat sanksi. Kecemasan ini bisa muncul karena
kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral,
misal tidak mampu mengurus orang tua yang memasuki usia lanjut.
3.
Kecemasan
neurotik
Kecemasan akibat bahaya yang tidak
diketahui. Misalnya kita
pernah merasakan gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal, dan
mikiran kita maka kita sedang mengalami kecemasan neurotik.
F. Cara-Cara
Bertahan
Ego menurut
Freud memiliki suatu mekanisme
pertahanan/ defense
mechanisms yang disebut repression
untuk mengatasi konflik antara tuntutan realitas, hasrat id, dan hambatan
superego. Namun ketika
kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara
tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan
menjadi wujud yang lebih diterima dan tidak telalu mengancam. Cara ini disebut
mekanisme pertahanan ego.
Selain
penekanan/ represi, menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yaitu :
- Proyeksi, yaitu proses pertahanan ego dengan mengganti objek dengan objek lain yang kurang berbahaya dengan tujuan mengurangi tekanan.
- Pembentukan Reaksi, yaitu penggantian impuls/ perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran.
- Fiksasi, yaitu keadaan menggantungkan kondisi untuk mengurangi ketegangan.
- Regresi, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan fase perkembangan.
G.
Bentuk- Bentuk Pertahanan
1.
Penolakan.
Penolakan dilakukan dengan cara memblokir.
Peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi
tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya
perlu menolaknya. Sebagaimana yang anda kira , cara ini adalah cara yang paling
primitif dan berbahaya,karena tidak ada orang yang selamanya mampu dari
kenyataan. Penolakan dapat kerja sendiri atau, biasanya, dikombinasikan dengan
bentukmekanisme pertahanan lain yang lebih kukuh.
Pernah
suatu ketika saya melihat putri saya yang berusia 5 tahun menonton film kartun.
Seperti biasanya dia duduk agak dekat duduk dengan televisi. Ketika tak ada
satu pun diantara kami yang terlalu memperhatikan televisi pada saat iklan film
horor ditayangkan, lengkap dengan tampilan pisau berdarah, topeng menakutkan
dan teriakan-teriakan orang ketakutan, maka pada saat itu juga saya
menyelamatkan putri saya dari horor yang ditampilkan di iklan tersebut. Jadi,
seorang psikolog dan sebagai seorang ayah yang baik, saya ingin berbuat sesuatu
untuk putri saya itu. Saya katakan kapdanya “sayang, itu iklan yang menakutkan
bukan?” Dia menjawab singkat “Hah?” Saya katakan lagi kepadanya , “ Iklan itu
lho, bukankah itu sangat menakutkan “? Dia heran dan balik bertanya , “Iklan
yang mana”? Tampaknya dia malah tidak memperhatikannya.
Sejak
saat itu, saya jadi tahu kadang-kadang anak kecil dengan enteng dapat melewati
hal-hal yang seharusnya tidak dapat mereka hadapi. Saya juga pernah melihat
orang-orang yang ngotot melakukan otopsi terhadap keluarganya yang sudah
meninggal, hanya karena ingin mengingkari kenyataan bahwa keluarganya memang
sudah meninggal. Inilah bentuk dari penolakan yang kita maksud disini.
Anna
Freud juga melengkapi konsep penolakan ini dengan penolakan dalam fantasi. Penolakan jenis ini terjadi ketika
anak-anak membayangkan ayahnya yang “jahat” berubah menjadi boneka lucu baik,
atau mengubah seorang bocah yang tak berdaya menjadi ksatria gagah.
2.
Represi,
Atau disebut oleh Anna Freud dengan “
melupakan yang bermotivasi “ , adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali
situasi, orang atau peristiwa yangmenakutkan. Represi juga merupakan mekanisme
pertahanan ego yang berbahaya sekaligus menjadi bentuk yang paling umumnya.
Waktu
remaja dulu saya sangat takut pada laba-laba, khususnya laba-laba berkaki
panjang. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya menakutinya, tapi saya ingat
bahwa perasaan itu mulai menghantui saya ketika saya mulai kuliah. Semasa
kuiah, seorang teman membantu menghilangkan perasaan ini (menggunakan teknik
yang disebut desentisasi sistematiis), tapi saya tetap tidak bisa mengingat apa
yang menjadi penyebabnya. Beberapa tahun kemudian, saya bermimpi di kurung oleh
sepupu saya di dalam gudang di rumah kakek kami. Gudang itu sangat kecil, gelap
dan lantainya sangat kotor. Coba anda tebak, lantai itu dipenuhi laba-laba
bekaki panjang.
Analisis
Freudian menjelaskan fobia ini sangat sederhana. Saya merepresi peristiwa traumatik
kejadian digudang itu tapi pengalaman melihat laba-laba berkaki panjang menimbulkan
perasaan takut dan cemas berkepanjangan tanpa mampu mengingat peristiwanya
dengan jelas.
Berikut
ini adalah contoh yang diberikan Anna Freud yang akan memperjelas pengertian
represi ini. Seorang wanita muda,yang merasa selalu bersalah karena memliki
hasrat seksual tinggi, cenderung berusaha melupakan nama-nama pacarnya,bahkan
ketika akan memperkenalkan pacar itu pada keluarganya. Atau seorang pecandu
alkohol yang tidak bisa mengingat beberapa kali dia berusaha bunuh diri tetapi
hanya menyatakan bahwa dia berhasil “ Selamat”. Atau seorang yang waktu
kanak-kanak pernah tenggelam, namun dia tidak mampu mengingat kapan dan di mana
kejadiannya, walaupun orang lain sudah memberitahukan padanya saat dewasa dia
tidak lagi takut dengan air.
Perlu
diingat bahwa mekanisme pertahanan ego ini berfungsi secara tidak sadar.
Sebagai cntoh,saudara saya sangat takut dengan anjing,tapi tidak ada mekanisme
pertahanan ego yang terlibat dalam perasaannya ini. Dia memang pernah digigit
anjing . Biasanya yang kita sebut dengan fobia adalah rasa takut yang tidak
rasional dan berasal dari represi terhadap trauma.
3.
Asketisisme atau menolak segala
kebutuhan.
Ini adalah mekanisme pertahanan ego yang paling jarang
dikenal orang, tapi menjadi sangat relevan seklai di zaman sekarang dengan
begitu banyaknya gangguan mental yang disebut anorexia. Anak-anak praremaja , ketia merasa “tersiksa” oleh
munculnya dorongan seksual, bisa jadi secara tidak langsung mencoba melindungi
diri dengan menolak, bukan hanya dorongan seksual, tapi seluruh bentuk dorongan
napsu. Mereka menempuh gaya hidup “Asketik”(cara hidup pendeta) guna menolak
apa-apa yang dinikmati orang lain.
Remaja
laki-laki zaman sekarang sangat tertarik pada disiplin diri yang diajarkan
dalam seni bela diri. Untungya, seni bela diri bukan hanya tidak akan menyakiti
Anda, tapi juga dapat menbantu Anda dalam menjaga diri. Sayangya, remaja putri
dalam masyarakat kita sekarang malah sangat tertarik memperoleh standar
kecantikan tertinggi , walaupun bersifat artifisial dan berdampak buruk. Dalam
teori Freudian , penolakan remaja putri untuk makan banyak (diet) sebenarnya adalah
bentuk permukaaan dari penolakan mereka terhadap pertumbuhan seksual yang
sedang mereka alami. Parahnya lagi masyarakat sekarang turut membantu mereka.
Lihat saja, Sebagian masyarakat mematok berat badan ideal wanita 10 kg lebih
rendah dari apa yang ideal menurut kesehatan.
Anna
Freud menambahkan bentuk askietisisme yang agak longgar yang dia sebut sebagai
“Pengendalian Ego”. Disini orang
kehilangan minat dan ketertarikannya pada salah satu aspek kehidupan dan
memfokuskan perhatian pada aspek lain. Ini dilakukan demi mengelak dari
kenyataan. Seorang remaja yang ingin menolak hasratnya mungkin akan berpaling
kepada hal-hal feminim dan menjadi “pemikir tak bernafsu”, atau seorang remaja
pria yang takut dipermalukan dalam tim sepak bolanya akan memaksakan diri untuk
menyukai puisi.
4.
Isolasi (disebut juga
intelektualisasi).
Mekanisme ini berjalan
dengan cara mengalihkan emosi deri kenangan yang menakutkan. Contohnya adalah
orang yang merasa dirinya dianggap sebagai anak kecil , atau orang yang selalu
mengedapankan aspek intelektual ketika pertama kali di kenal dengan urusan
seksual. Di sini yang terancam bukan persoalan kecil sebagaimana kelihatannya.
Dalam
situasi darurat, ada orang yang tetap tenang dan mampu berkumpul bersama sampai
keadaan menjadi pulih , mereka kembali bercerai berai . Ada yang mengatakan
pada Anda bahwa dalam situasi darurat , Anda tidak bisa berpisah dari orang
lain. Dengan begini kita tidak akan sulit menjelaskan kenapa orang cenderung
merasa dekat kalau sudah ada salah satu anggota masyarakat yang meninggal. Para
dokter dan perawat harus membiasakan diri memisahkan rasa jijik,jengekl takut
mereka pada darah, luka, rintihan, dan sebagainya, serta tetap memperlakukan
pasien dengan ramah, hangat seperti keluarga sendiri.
Remaja yang senang film horor akan sering tampil kehadapan
orang banyak yang tujuan sebenarnya adalah menghilangkan rasa takut mereka
sendiri. Tidak ada contoh yang paling baik selain seorang yang ketika seluruh penonton di
gedung bioskop tertawa karena filmnya lucu, dia malah diam dan merasa tidak
diperhatinkan.
5.
Penggantian,
Mekanisme ini berjalan
dengan cara mengalihkan arah dorongan ke target pengganti.Jika anda mersa
nyaman dengan dorongan,hasrat,dan nafsuyang anda rasakan,tapi orang lain yang
akan dijadikan sasaran semua perasaan itu malah merasa terancam, maka anda
dapat mengganti dia dengan orang lain atau benda lain yang dijadikan target
simbolik.
Orang
yang membenci ibunya mungkin akan menekan perasaan itu, tapi juga
mengarahkannya pada yang lain, misalnya wanita secara umum.Orang yang tidak punya
kesempatan mencintai orang lain mungkin akan menggantinya dengan anjing atau
kucing kesayangannya.Orang yang tidak merasa nyaman dengan hasrat seksualnya
dengan manusia nyata mungkin akan menukarnya dengan boneka atau benda
lain.Orang yang merasa putus asa anjingnya, mencubit keras-keras anggota
keluarga yang lain, atau bermenung dengan atasannya di tempat kerja , mungkin
ketika sampai di rumah akan menendang di depan perapian.
6.
Melawan Diri Sendiri,
Merupakan bentuk
penggantian paling khusus, di mana seseorang menjadikannya dirinya sendiri
sebagai target pengganti.Biasanya diri sendiri dijadikan sebagai target
pengganti untuk pelampiasan rasa benci,marah, dan keberingasan, ketimbang
pelampiasan terhadap dorongan-dorongan positif.Menurut Freud, mekanisme ini
dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah, dan depresi yang kita alami.Ide
bahwa depresi sering muncul akibat kemarahan yang di tahan dapat diterima
setiap teoretikus, baik Freudian maupun non-Freudian.
H.
Tahap-Tahap
Perkembangan
Dalam teori Freud menyinggung hasrat seksual, bahwa hasrat seksual
merupakan motivasi paling penting. Menurut freud hasrat seksual adalah motivasi
paling dasar bukan saja bagi orang dewasa, tapi juga bagi anak-anak dan bayi.
Saat dia mempernalkan gagasan tentang seksualitas bayi ke public Wina, public
menanggapi lebih sebagai seksualitas orang dewasa. Freud mencatat bahwa
usia-usia tertentu, bagian-bagian kulit kita dapat menimbulkan kenikmatan yang
lebih besar disbanding bagian kulit yang lain. misal: seorang bayi mendapat
kenikmatan tertinggi ketika menghisap, khususnya ketika menyusu pada ibunya. Di
usia 3 atau 4 tahun, dia akan menemukan kenikmatan ketika menyentuh alat
kelaminnya. Barulah kemudian di saat perkembangan seksual sudah mencapai
kematangan, kita menemukan kenikmatan paling tinggi di dalam hubungan seksual.
Berdasarkan pengamatan inilah Freud membuat teori perkembangan psikoseksual.
Tahap perkembangan Psikoseksual itu adalah:
1.
Tahap
Oral
Berlangsung
dari Usia 0 samapai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, di mana
aktivitas paling utama adalah menghisap dan mengiggit.
2.
Tahap
Anal
Yaitu tahap yang berlangsung dari usia 3-4 tahun. Titik
kenikmatan terletak pada anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktivitas
yang paling diknikmati.
3.
Tahap
Phallic
Berlangsung antara usia 3-5 tahun, 6 atau
7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas
paling nikmatnya adalah masturbasi.
4.
Tahap
laten
Berlangsung dari usia 5,6 atau 7 sampai usia pubertas (
sekitar usia 12 tahun. Dalam tahap ini, freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan
seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar. Pada zaman Freud adalah
zaman yang meresapi wacana seksualitas anak-anak lebih lambat dari perkembangan
yang dialami anak zaman sekarang.
5.
Tahap
Genital
Dimulai
pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada
diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual.
Mastrubasi, seks oral, homoseksual dan kecendrungan-kecrendungan seksual lain
yang dianggap “biasa” saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang
normal.
Tahap-tahap
perkembangan seksual:
1.
Krisis
Oedipal
Setiap
tahap perkembangan di atas memiiki kesulitannya masing- masing yang kemudian
menimbulkan masalah seksualitas. Dalam tahap oral, yang jadi persolan adalah
penyapihan (penghentian pemberian ASI), sedangkan di tahap anal adalah
pelajaran buang air di toilet. Di tahap phallic yang jadi masalah adalah Krisis Oedipal.
Cara kerja krisis Oedipal adalah sebagai
berikut: objek cinta kita yang pertama adalah ibu kita. Kita butuh perhatian,
kasih sayang, dan belainnya. Namun, kita menginginkan itu semua dalam pengertian seksual secara luas. Seorang bocah laki-laki
punya saingan dalam mendapatkan keinginannya ini, yaitu ayahnya sendiri. Dia
juga akan mengidentifikasi diri dengan penaklukannya, agar bisa menjadi seorang
laki-laki jantan. Setelah beberapa tahun berjalan, tahap laten ini jadi matang
dan dia masuk ke usia remaja, ke dunia heterokseksual orang dewasa.
Anak perempuam memulai hidupnya dengan
cinta terhadap ibu. Di sini yang akan lihat adalah bagaimana proses peralihan
cinta dan kasih sayangnya dari ibu ke ayah sebelum krisis oedipal. Proses ini
dinamakan Kecemburuaan terhadap penis (penis
envy). Maka dari itu bocah perempuan mengalihkan perhatiannya dari ayahnya
dengan mengagumi bocah laki-laki atau pria dewasa.
2.
Karakter
Pengalaman yang anda peroleh dimasa -masa
pertumbuhan sangat mempengaruhi kepribadian dan karakter anda setelah dewasa.
Menurut freud, pengalaman-pengalaman traumatis adalah yang paling berpengaruh.
Setiap trauma pasti memiliki dampak yang unik pada diri seseorang., yang hanya
bisa dipahami berdasarkan latar belakang individual. Namun trauma yang
menyangkut tahap-tahap perkembangan
memiliki dampak yang hamper sama pada setiap orang, sebab setiap saat kita
pasti melewati tahap-tahap ini.
Fiksasi adalah di mana kendala yang
ditemukan pada suatu tahap tetap bertahan dan memepengaruhi kepribadian atau
karakter anda di tahap-tahap berikutnya. Kalau usia 8 bulan pertama anda mendapat
hambatan dalam mendapatkan keinginan, dalam hal ini menyusu mungkin karena ibu
anda sakit atau tidak bisa menjaga anda setiap saat, atau menyapih terlalu
cepat, maka kepribadian anda akan berkembang menjadi karakter oral-pasif. Karakter orang ini cenderung bergantung kepada orang
lain. Mereka cenderung menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan mulut,
seperti makan, minum, merokok, dan sebagainya.
Pada saat usia
5 sampaikan 8 bulan, pekerjaan
yang paling menyenagkan pada usia ini adalah menggigit sesuatu. Kalau tahap ini
mengalami kendala dan sampai pada saat disapih, kepribadian yang akan dibentuk
adalah kepribadian oral-agresif. Kepribadian
orang ini memiliki hasrat utuk selalu menggit, seperti pensil, gagang
kaca mata , permen karet, atau orang lain. Mereka cenderung agresif,
argumentative, sarkatis, dan sebagainya.
Sebagian
orang tua tidak terlalu ngotot mengajari anak-anak buang air sendiri ke toilet.
Mereka akan gembira sekali kalau anak berhasil melakukannya. Di usia ini, anak
adalah raja di rumah dan dia mengetahuinya. Kepribadian anak akan berkembang
menjadi kepribadian anal-agresif. Orang dengan kepribadian ini cenderung tidak
rapi,sembarangan dan ceroboh. Bahkan ada yang sampai pada tahap kejam dan
destruktif. Orang tua dengan sikap keras ini mungkin akan menggunakan hukuman
atau cemooh. Anak yang di didik
dengan cara ini akan tumbuh dengan kepribadian anal-retentif. Dia cenderung
menjadi orang gila akan kebersihan, perfeksionis, keras kepala dan agak
dictator. Dengan kata lain, kepribadian anal-retentif sangat kaku dalam segala
hal.
Masih
ada lagi kepribadian phallic yang tidak memiliki nama khusus. Kalau seseorang
anak laki-laki merasa tidak diacuhkan ibunya dan terancam dengan kemaskulinan
ayahnya, dia tidak akan memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya
sendiri, terutama dalam persoalan seksualitas. Dia mungkin akan merasa teranam
dan tersiksa ketika berinteraksi dengan lawan jenisnya, beralih jadi kutu buku,
tidak menyenangi hal-hal yang bersifat laki-laki yang bersifat laki-laki dan
lebih suka hidup seperti wanita (banci). Betu pula dengan sebaliknya seorang
anak perempuan yang tidak diacuhkan ayahnya dan merasa teracam oleh kefemininan
ibunya, juga tidak akan peka terhadap potensi dirinya sediri, sehingga
kepribadiannya berkembang menjadi kelaikan-lakian (tomboy).
3.
Terapi
Terapi
Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan dengan terapi-terapi teoritikus
lainnya dan jika dibandingkan dengan aspek lain dari teori-teorinya sendiri.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika sedang menjalani terapi adalah sebagai berikut:
a. Suasana
Rileks
Klien yang sedang menjalani terapi harus
merasa bebas dan santai untuk mengungkapkan masalahnya. Situasi terapi
sebenarnya adalah situasi sosial yang unik, suasana dimana kita tidak perlu
merasa takut dan kuatir tentang penilaian sosial terhadap masalah kita. Dalam
terapi Freudian, seorang terapis secara praktis jadi hilang. Untuk menciptakan
suasana santai ini bisa dilakukan dengan mengatur tata ruang, warna dinding,
pencahayaan, dan sebagainya yang mencerminkan suasana santai.
b. Pembebasan
Asosiasi
Klien
dibebaskan untuk bicara apa saja. Berdasarkan teori, dengan adanya kesantaian,
konflik-konflik alam bawah sadar akan muncul ke permukaan. Dalam terapi Freud
ini ada kesamaan dengan tafsir mimpi. Perbedaannya adalah dalam terapi ada ada
terapis yang berusaha memahami tanda-tanda yang menjadi masalah dan memahami
cara penyelesaiannya, sementara klien biasanya tidak mengerti dengan
tanda-tanda ini.
c.
Resistensi
Salah
satu tanda tersebut adalah resistensi. Saat klien mencoba mengubah topik
pembicaraan, atau ngantuk, datang terlambat atau bahkan membatalkan pertemuan,
terapis berkata, “aha”. Resistensi ini menunjukkan bahwa klien sedang merasa
terancam.
d.
Analisis Mimpi
Ketika
tidur, kita tidak terlalu mengekang alam bawah sadar dan cenderung
melepaskannya dalam bentuk-bentuk simbolik ke alam sadar. Keinginan id
inilah yang akan dijadikan tanda utama oleh terapis. Sebagian besar bentuk
terapi menggunakan mimpi-mimpi yang dialami klien, tapi tafsir mimpi Freudian
memiliki kekhasan tersendiri, yaitu kecenderungan untuk menemukan makna-makna
seksual.
e.
Parapraksis
Adalah keceplosan omong yang sering disebut Freudian Slip. Freud juga memperhatikan
lawakan-lawakan yang disampaikan kliennya. Begi Freud segala kejadian memiliki
makna tersendiri. Salah menekan nomor telepon, salah berucap, salah belok
adalha kejadian-kejadian yang serius dikaji oleh Freud.
4.
Transferensi,
Katarsis, dan Ingatan
a. Tranferensi
terjadi ketika klien mengarahkan perasaannya pada terapis, padahal perasaan ini
seharusnya diarahkan pada orang selain terapis. Freud menganggap transferensi
sangat penting dalam rangka membawa perasaan-perasaan terepresi yang dialami
klien sekian lama ke permukaan. Kita tidak mungkin merasa marah tanpa ada orang
lain yang akan dimarahi. Dalam
terapis freudian, hubungan antara klien dan terapis sangat erat, berbeda dengan
anggapan orang selama ini.
b. Katarsis
Adalah luapan emosi
secara dramatis dan peristiwa traumatik yang tiba-tiba datang kembali.
c. Ingatan
Adalah terinagtnya
seseorang akan sumber emosinya, akan peristiwa traumatik yang dialaminya.
Sebagian besar terapi selesai ketika tahap katarsis dan ingatan ini dialami
oleh klien. Freud mengatakan bahwa tujuan terapi adalah membuat alam bawah
sadar dapat disadari.
I.
Kritik
Terhadap Teori Freud
Diantara
konsep dalam teori Freud ada yang kurang diterima oleh khalayak luas yaitu
Oedipal Kompleks, Kecenderungan pengebirian dan kecemburuan terhadap penis.
Memang ada anak
yang lebih dekat dengan orangtua yang berbeda jenis kelamin dengannya, dan dia
akan berkompetisi dengan orangtua yang jenis kelaminnya sama dengannya. Juga
ada anak yang heran kenapa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, atau
takut penisnya akan dipotong. Begitu pula dengan anak perempuan, memang ada
diantara mereka yang ingin punya penis dan tidak ada pula yang membantah bahwa
diantara anak-anak ini ada yang tetap mempertahankan rasa takt mereka hingga
dewasa.
Hampir
seluruh teoritikus kepribadian menganggap contoh-contoh tadi sebagai
pengecualian ketimbang hukum yang universal. Anak-anak yang merasakan hal-hal
di atas umunya tinggal di lingkungan keluarga yang kurang harmonis, dimana
orangtua mereka saling bertengkar dan mereka dimanfaatkan sebagai senjata atau
tameng oleh orangtua. Mungkin mereka besar di tengah keluarga yang suka
menakut-nakuti anak laki-laki dan mengatakan sksn memotong penisnya.
Kalau
konsep krisis Oedipal, kecemasan pengebirian atau kecemburuan penis diartikan
secara metaforis, mungkin konsep ini akan lebih berguna. Kita mencintai
ayah-ibu kita dan pada saat yang sama juga berkompetensi dengan mereka.
Anak-anak mungkin mempelajari standar perilaku heteroseksual dengan meniru
perilaku orangtua yang berjenis kelamin
sama dengannya dan mempraktikkannya kepada orangtua yang berjenis kelamin sama
dengannya dan mempraktikkannya kepada orangtua yang berjenis kelamin berbeda
darinya.
1.
Seksualitas
Kritik paling
keras terhadap Freud paling banyak ditujukan pada konsep seksualitasnya. Dalam
teori Freud, segala sesuatunya entah itu baik atau buruk, dikembalikan pada
soal ekspresi nafsu seks. Akibatnya banyak orang bertanya apakah tidak ada kekuatan
lain yang bekerja dalam diri manusia selain dorongan seksual. Menjelang akhir
hayatnya, Freud memang menambahkan konsep insting kematian, tapi ternyata
konsep ini tidak terlalu berpengaruh.
Masalah ini
dapat dijelaskan dengan cara melihat sabagian besar aktivitas kita yang memang
dimotivasi oleh seks. Dalam kenyataan masyarakat modern, banyak sekali
iklan-iklan yang menggunakan citra seksual. Film dan acara televisi tidak akan
laku jika tidak dibumbui dengan seks, industri mode, pakaian, dan setiap hari
kita selalu disibukkan dengan acara”cari pasangan”. Namun begitu, kita tetap
saja merasa bahwa hidup tidak melulu berisi persoalan seks.
Dalam teori
Freud terlalu menitikbertatkan pada seksualitas yang tidak didasarkan pada
fenomena seksualitas yang kasat mata dalam masyarakatnya. Teorinya didasarkan
pada intensnya usaha mengingkari seksualitas itu sendiri, khususnya di kalangan
wanita kelas atas dan menengah. Yang sering kita lupakan adalah perubahan dunia
yang terjadi semenjak dua abad ini.
Freud berjasa
karena dia mampu melampaui sikap budaya seksual zamannya. Bahkan gurunya, Breur
dan charcot, tidak mampu menyadari persoalan seksual yang sedang dihadapi klien
mereka. Kesalahan Freud terjadi karena dia membuat generalisasi yang terlalu
dan tidak sempat memperhitungkan soal perubahan budaya. Ironisnya, sebagian
besar perubahan budaya seksual, bertitik tolak dari karya-karya freud sendiri.
2.
Alam
Bawah Sadar
Salah
satu konsep Freud yang juga sering dikritik adalah alam bawah sadar. Kita tidak
akan mempermasalahkan bahwa alam bawah sadar memang dapat menjelaskan sebagian
perilaku kita, namun soalnya adalah seperti apakah dan seberapa luaskah alam
bawah sadar ini.
Kalangan
behavioris, humanis dan eksistensialis percaya bahwa:
a. Dorongan-dorongan
dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih
sedikit dari perkiraan Freud
b. Bahwa
alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud.
Sebagian psikolog masa kini
mengartikan alam sadar dengan apa pun yang tidak perlu atau tidak ingin kita
lihat.
Bahkan ada pula teoritikus yang tidak memakai konsep
alam bawah sadar sama sekali.
Namun
ada satu orang teoritikus, carl Jung yang begitu memanfaatkan alam bawah sadar
dalam teorinya, sehingga jasa Freud terlihat sangat besar dalam pemikirannya.
J. Aspek-aspek positif
Orang
memang cenderung terburu-buru. Jika mereka tidak sepakat dengan gagasan a,b,
dan c, mereka dengan segera menyimpulkan bahwa x,y, dan z juga salah. Dalam
kasus Freud, kita harus mengakui bahwa dia tetap memiliki gagasan-gagasan yang
patut diterima, sehingga dapat digabungkan dengan teori lain.
1. Yang
pertama, Freud telah menyadarkan kta tentang dua dorongan dan bagaimana kuatnya
pengaruh itu pada kita. Kalau selama ini orang yakin manusia adalah makhluk
rasional, ia menunjukkan pada ktita betapa banyak perilaku kita yang didasarkan
pada aspek biologis kita. Kalau orang menganggap setiap individu bertanggung
jawab atas tindakannya, Freud menunjukkan betapa besar pengaruh masyarakat
terhadap diri seseorang. Kalau orang menganggap peran pria dan wanita telah
digariskan oleh alam atau Tuhan, dia menujukkan betapa besar pengaruh keluarga
dalam pembentukkan jati diri seseorang sebagai pria atau wanita. Id, dan Super
ego merupakan perwujudan psikis kebutuhan biologis dan masyarakat akan selalu
terdapat di dalam diri kita.
2. Yang
kedua, teori dasar Freud, yang kembali pada Breur yaitu adanya gejala neurotik
tertentu yang disebabkan oleh trauma-trauma psikologis. Walaupun sebagian
teoritikus tidak lagi percaya bahwa setiap neurosis dapat dijelaskan dengan
cara ini, atau yang mengatakan bahwa kenangan terhadap trauma itulah yang
seharusnya diperbaiki, namun tetap saja menjadi pemahaman umum bahwa masa kecil
yang penuh penderitaan, penganiayaan, dan pelecehan menjadi penyebab
ketidakstabilan jiwa di kala dewasa.
3. Yang
ketiga adalah ide tentang pertahanan ego. Walaupun kita tidak sepakat dengan
ide alam bawah sadar dari Freud, kita harus menerima kenyataan bahwa manusia
memang punya cara sendiri dalam memanipulasi kanyataan dan ingatannya tentang
kenyataan itu agar sesuai dengan keinginannya, ketika keinginan itu terasa
begitu kuat. Untuk itulah kita perlu mengenali mekanisme pertahanan ini agar
kita dapat membantu diri kita dan orang lain keluar dari masalah.
4. Yang
terakhir adalah
pola terapi yang dicetuskan Freud. Dengan pengecualian beberapa bentuk terapi
behavioris, banyak terapi masih berbicara tentang “pengobatan”, yang melibatkan
kenyamanan fisik dan sosial. Kenyataan membuktikan bahwa semakin dekat hubungan
antara klien dengan terapis dalam proses terapi semakin besar pula kemungkinan
klien jadi sembuh.
Sebagian besar
ide Freud terkait erat dengan kebudayaan dan era di mana ia hidup. Diantara
ide-idenya ada yang tidak dapat dibuktikan, ada juga ide yang berdasarkan kepriadian
dan pengalaman Freud sendiri. Namun bagaimanapun juga Freud adalah peneliti kondisi kejiwaan
manusia yang sangat briliiant, sehingga tidak heran sampai saat ini dan nanti,
pemikirannya tetap akan mengisi buku-buku teori kepribadian. Walaupun banyak
teoritikus baru yang menemukan ide-ide baru, namun mereka tetap membandingkan
dengan teori Freud.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sigmund
Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Sebagian besar hidup Freud
diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori
psikoanalisisnya.
2. Psikoanalisis
ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah
satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan
sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian,
sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
3. Sigmund
Freud mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental yaitu:
a. Alam
Tidak Sadar,
b. Alam
Bawah Sadar,
c. Alam
Sadar.
4. Sigmund
Freud membagi Wilayah Pikiran menjadi tiga bagian
a. Id
tidak disadari, kacau, tidak berhubungan dengan realitas, dan mengikuti prinsip kepuasan.
b. Ego
adalah bagian eksekutif dari kepribadian, berhubungan dengan dunia nyata, dan
mengikuti prinsip realitas.
c. Superego
mengikuti prinsip moral dan idealistis yang mulai terbentuk setelah
masalah Oedipus complex(hasrat
seksual pada ibu/kebencian pada ayah) terselesaikan.
5.
Freud
mengusulkan sebuah dinamika kepribadian atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan
manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:
a.
Seks,
b. Insting
Kehidupan Dan Insting Kematian
c.
Kecemasan
6.
Cara-Cara
Bertahan
menurut sigmund Freud
Ego berusaha sekuat mugkin
menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun ketika
kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara
tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan
menjadi wujud yang lebih diterima dan tidak telalu mengancam. Cara ini disebut
mekanisme pertahanan ego.
Selain
penekanan/ represi, menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yaitu :
- Proyeksi, yaitu proses pertahanan ego dengan mengganti objek dengan objek lain yang kurang berbahaya dengan tujuan mengurangi tekanan.
- Pembentukan Reaksi, yaitu penggantian impuls/ perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran.
- Fiksasi, yaitu keadaan menggantungkan kondisi untuk mengurangi ketegangan.
- Regresi, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan fase perkembangan.
7. Bentuk- Bentuk Pertahanan yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud antara lain:
a. Penolakan.
b. Represi,
c. Asketisisme
d. Isolasi
e. Penggantian,
f. Melawan Diri Sendiri
8. Tahap
perkembangan Psikoseksual menurut Freud adalah:
a. Tahap
Oral
b. Tahap
Anal
c. Tahap
Phallic
d. Tahap
laten
e. Tahap
Genital
9. Tahap-tahap
perkembangan seksual:
a. Krisis
Oedipal
b. Karakter
c. Terapi
d. Transferensi,
Katarsis, dan Ingatan
B. Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari
masih terdapat kelemahan-kelemahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran
dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Atas saran dan masukannya, kami selaku penulis makalah mengucapkan terima
kasih.
0 komentar:
Posting Komentar